Home » , » Geliat mainan pembangkit syahwat

Geliat mainan pembangkit syahwat

Geliat mainan pembangkit syahwat | Malam hari itu, sebuah toko kecil di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, itu tampak masih buka. Tidak tampak hiruk pikuk pembeli di kios itu. Dari luar toko itu cuma diterangi sebuah lampu neon.

Agak remang-remang. Cat dinding berwarna biru itu pun terlihat kusam, tanpa hiasan macam-macam. Kios itu terlihat amat sederhana. Tetapi, kaca toko itu tidak tembus pandang. Memang sengaja ditutup rupanya oleh sang pemilik, seolah barang dia jual adalah rahasia.

Cuma, yang membuat penasaran adalah tulisan di papan tokonya. 'Jual Obat Kuat-Pil Biru,' begitu bunyi tulisannya.

Saat merdeka.com tiba di depan toko itu, tampak ada sebuah sepeda motor lain sedang parkir. Tidak menunggu lama saya pun masuk. Pemandangan di dalam toko pun tidak jauh berbeda. Interiornya terlihat sederhana. Hanya terpampang dua poster iklan produk obat kuat bergambar perempuan berpakaian menggoda. Di dalam tampak dua lelaki, kira-kira berumur antara 25 dan 35 tahun sedang bertransaksi. Saat saya masuk, keduanya sempat menoleh sesaat ke arah saya.

"Sebentar ya mas," kata seorang lelaki yang saya yakini sebagai pemilik toko, Jumat (15/2) malam.

Dari kejauhan, saya cuma melihat si pembeli itu membeli dua buah barang. Entah barang apa itu karena sudah keburu dimasukkan dalam kantong plastik hitam. Si pembeli itu lalu lekas mengeluarkan uang dan membayar barang yang dia beli. Saya cuma melihat uang itu dalam pecahan seratus ribuan. Tidak lama kemudian, si penjual memberikan duit kembalian, lalu si pembeli bergegas meninggalkan toko.

Si pemilik toko kemudian menyapa saya dan menanyakan hendak membeli apa. Awalnya saya berbasa-basi bertanya soal obat kuat dan lainnya. Apalagi dia menjual berbagai jenis obat pembangkit birahi itu. Tidak hanya itu, saya pun ditunjukkan berbagai mainan pembangkit syahwat (sex toys) yang dia jajakan. Setelah ngobrol ngalor ngidul, saya lalu meminta izin buat mewawancarai dia. Awalnya dia nampak enggan diwawancara. Tetapi, setelah dilobi, beruntung si penjual baik hati dan mau menerima permintaan wawancara itu.

Pemilik toko itu mengaku bernama Agus, entah nama sebenarnya atau bukan. Dia mengatakan sudah menjalani profesi sebagai penjual mainan khusus dewasa itu sudah satu dekade.

"Saya dagang sex toys ini sejak 2003. Waktu itu saya diberhentikan dari pekerjaan sebagai karyawan sebuah perusahaan," kata Agus sembari mengisap rokok kretek.

Sebenarnya, menurut pengakuan Agus yang asal Yogyakarta, tidak pernah terlintas di pikiran dia bakal berdagang barang seperti itu. Apalagi barang seperti itu tabu dijajakan dalam pandangan masyarakat. Beda dengan di luar negeri yang memang bebas menjajakan alat bantu hubungan intim itu. Bahkan sampai menayangkan iklan di televisi itu.

"Tapi mau bagaimana lagi, anak istri di kampung kan butuh dibiayai. Sementara saya waktu itu tidak punya pekerjaan. Mau tidak mau saya jualan ini saja," ujar Agus.

Buat modal usaha kios sex toys itu, Agus meminjam uang dari temannya. Dia lalu menyewa sebuah kios yang bisa dipakai buat menjual barang-barang itu. Dia mengaku mendapat pasokan alat bantu seks itu dari seorang distributor, yang dia kenal sejak lama. Tetapi, Agus tidak mau mengungkap bagaimana dia berkenalan dan siapa distributor itu.

Barang-barang dia jual harganya bervariasi. "Yang paling sering dibeli buatan Taiwan. Murah meriah soalnya," ucap Agus. Dia juga menjual barang asal Jepang dan Amerika, hanya tidak langsung tersedia. Harus pesan lebih dulu. Menurut dia, harga dan kualitasnya pun terpaut jauh dari buatan Taiwan. Selain membuka kios, Agus juga berjualan lewat internet. Menurut dia, malah berjualan lewat dunia maya omzetnya meningkat pesat, meski tidak melimpah, tapi cukup buat menghidupi dia. Dia mengatakan penikmat barang dagangannya pun lumayan banyak. Agus mengaku ceruk pasar perdagangan alat bantu seks masih besar. Pesaingnya belum terlalu banyak. Maklum, jualannya saja sembunyi-sembunyi.

Meski begitu, Agus mengaku menjual barang-barang khusus dewasa itu menjadi beban. Cibiran pun tidak terelakkan dari beberapa masyarakat sekitar. "Kalau ada pekerjaan lain juga saya enggak bakalan jual beginian mas," lanjut Agus. Dia merasa bersyukur anak istrinya tidak pernah tahu pekerjaan dia saat ini. Yang penting, menurut dia, bisa menafkahi istri dan buah hatinya dengan rezeki halal.

Tak terasa malam semakin larut. Wawancara pun harus disudahi sembari pamit kepada Agus. Sebelum pulang, Agus menawarkan kepada saya sebuah permen karet penambah gairah. "Nih mas bawa satu. Buat oleh-oleh saja," kata Agus sembari tersenyum. Saya pun tidak bisa menolak pemberian itu.
[merdeka.com]

Share this article :

Blog Archive

 
Copyright © Celebritys Strip - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger