Apparently London Olympic uniforms Made in Indonesia
Tahukah Anda bahwa dalam Olimpiade London 2012, ternyata nama Indonesia lebih banyak dikenal lewat beberapa produk buatan Indonesia. Seperti diberitakan Republika, Salah besar menyangka nama Indonesia di Olimpiade London 2012 hanya muncul sebatas ofisial maupun atlet yang berlomba. Nama Indonesia justru sudah lebih populer di London berkat 70 ribu dutanya.
Hanya saja, duta yang mengangkat Indonesia itu bukan manusia, melainkan seragam dan sepatu para sukarelawan Olimpiade London. Di balik kerah baju, tag di celana, maupun lidah sepatu para sukarelawan, bertengger mentereng kata-kata 'Made In Indonesia'.
Inilah seragam sukarelawan keluaran produsen alat-alat olahraga Adidas. Seragam berwarna ungu yang sekarang sudah dibagi-bagikan kepada 70 ribu relawan Olimpiade London berasal dari kawasan Jatake di pinggir Kota Tangerang. Dari tangan buruh-buruh pabrik Adidas di Tangerang, bahan garmen itu sekarang mewarnai Kota London.
Para sukarelawan yang ditemui di London mengaku kaget mereka mengenakan seragam dari sebuah daerah yang teramat jauh dari ibu kota negara Inggris itu. "Waktu saya mencoba uniform-nya, saya merasa kaget dan bangga. Ternyata jaket, celana panjang, kaus, kaus kaki semua buatan Indonesia. Wah, jauh juga perjalanan uniform Olimpiade London 2012,\" kata Tiwi Price, seorang relawan yang ditemui. Dengan seragam asal Tangerang itu, Tiwi akan bertugas di cabang olahraga bola voli.
Selain Tiwi, beberapa warga Indonesia yang tinggal di Inggris dan menjadi tenaga sukarelawan juga terkejut ketika mengetahui seragam dan travel card yang disediakan oleh panitia. Arnie, relawan Olimpiade asal Indonesia, mengatakan hatinya bangga begitu tahu buatan Indonesia ada di mana-mana di London. "Begitu tahu, saya langsung merasa bangga jadi orang Indonesia," ujarnya kepada Republika.
Hasil seragam ini juga mengundang pujian dari Wali Kota London, Boris Johnson. Seperti dikutip Daily Mail, wali kota yang berlatar belakang jurnalis ini berujar, “Ini adalah seragam yang indah. Memiliki cita rasa dan gaya Kota London." Di beberapa media utama Inggris, foto relawan dengan baju buatan Indonesia menjadi sajian utama. Daily Mail bahkan memajang foto Boris Johnson bersama puluhan relawan memakai seragam ungu dan pink asal Tangerang.
Namun, perjalanan seragam ini di London tidak terlepas dari kontroversi. Harian the Independen pada April lalu menurunkan tulisan soal bagaimana seragam relawan dibuat oleh buruh yang menurut sejumlah organisasi buruh Inggris tidak layak. Dalam laporannya itu, the Independent sampai menurunkan staf memantau sejumlah pabrik Adidas di Tangerang, mewawancarai para buruh, dan melihat kondisi kehidupan mereka.
Menurut the Independent, yang terjadi dalam penyediaan seragam ini adalah eksploitasi buruh. Laporannya mengungkapkan gaji buruh yang memproduksi seragam hanya Rp 5.000 per jam. Ini tidak sebanding dengan target komersial Olimpiade London yang sebesar Rp 1,4 triliun dari hasil penjualan baju dan cenderamata asal Tangerang.
Isu komersialisasi ini ditanggapi serius oleh penyelenggaraan Olimpiade London. Mereka meminta konfirmasi dari Adidas terkait dengan benar tidaknya laporan the Independent. Adidas menepis tudingan tersebut dan menegaskan para buruh yang menghasilkan seragam maupun cenderamata sudah dibayar sesuai aturan setempat.
Rasa bangga atas produk dalam negeri juga dirasakan kontingen Indonesia. Ketua Komite Olimpiade Indonesia Rita Subowo mengatakan, ada rasa bangga pada diri kontingen begitu berangkat ke London dengan dukungan produk buatan dalam negeri. "Menggunakan produk dalam negeri juga bisa membuat kita (kontingen) mantap. Seperti ada rasa dukungan dari seluruh bangsa," kata Rita. Kontingen Indonesia menggunakan produk lokal bermerek League.
Namun, tidak semua kebutuhan atlet mampu diwakili oleh napas asli Indonesia. Alat transportasi 21 kontingen Indonesia, contohnya, yang terpaksa menggunakan jasa perusahaan transportasi udara asal Qatar, Qatar Airways. "Padahal, jika berangkat dengan flag carrier, kita akan merasa mantap sebagai sebuah bangsa di mata dunia. Lihat saja Australia yang bangga dengan Qantasnya,” ujar Rita.